Rabu, 07 Desember 2011 - 1 komentar

Zuhud

innamaa matsalu alhayaati alddunyaa kamaa-in anzalnaahu mina alssamaa-i faikhtalatha bihi nabaatu al-ardhi mimmaa ya/kulu alnnaasu waal-an'aamu hattaa idzaa akhadzati al- ardhu zukhrufahaa waizzayyanat wazhanna ahluhaa annahum qaadiruuna 'alayhaa ataahaa amrunaa laylan aw nahaaran faja'alnaahaa hashiidan ka-an lam taghna bial-amsi kadzaalika nufashshilu al-aayaati liqawmin yatafakkaruuna
[Yunus:24] Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam- tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang- orang berfikir.
i'lamuu annamaa alhayaatu alddunyaa la'ibun walahwun waziinatun watafaakhurun baynakum watakaatsurun fii al-amwaali waal-awlaadi kamatsali ghaytsin a'jaba alkuffaara nabaatuhu tsumma yahiiju fataraahu mushfarran tsumma yakuunu huthaaman wafii al-aakhirati 'adzaabun syadiidun wamaghfiratun mina allaahi waridhwaanun wamaa alhayaatu alddunyaa illaa mataa'u alghuruuri
[Al hadid:20] Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga- banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.


1.) Dari AbuAbbas sahl bin Sa'ad Assa'idi radhiallahu anhum dia berkata: Seseorang mendatangi rasululloh shallallohu alaihi wa sallam , maka beliau berkata: Wahai Rasululloh tunjukan kepadaku sebuah amalan yang jika aku kerjakan, Allah dan manusia akan mencintaiku, maka beliau bersabda. Zuhudlah terhadap dunia  maka engkau akan dicintai Alloh dan Zuhudlah terhadap apa yang ada pada manusia maka engkau akan dicintai manusia (hadist hasan riwayat Ibnu majjah)

2. Dari abu said al khudiry ra. ia berkata rasulullah saw duduk diatas mimbar dan kami duduk di sekitarnya, kemudia beliau bersabda; Sesungguhnya di antara yang aku khawatirkan terhadap kalian sepeninggalku adalah terbukanya kemewahan dan keindahan dunia (HR Bukhari dan muslim)

3. Dari Abu sa'id al khudiry ra ia berkata; rasulullah saw bersabda" sesungguhnya dunia ini indah dan mempesonakan dan sesungguhnya Alloh ta'ala telah menyerahkannya kepada kalian , kemudia Allah akan melihat bagaimana kalian berbuat atas duni ini, maka berhati-hatilah dalam urusan dunia dan berhati-hatilah juga terhadap wanita (HR Muslim)

4.Dari Al mustaurid syaddad ra, ia berkata ; rasulullah was bersabda; perbandingan antara dunia dengan akhirat , seperti seorang diantara kalian yang memasukan jari- jarinya ke dalam lautan, maka perhatikanlah apa yang dapat ia peroleh (HR Muslim)

5. Dari Abu hurairah ra,  dari rasulullah saw beliau bersabda; "Andaikan aku mempunya emas sebesar bukit uhud, aku pasti lebih senang kalau emas itu tidak menginap di tempatku sampai tiga malam, dan masih tersisa di tempatku, kecuali sesuatu yang aku persiapkan untuk membayar hutang (HR Bukhari dan muslim)

6. Dari abu hurairah ra,  ia berkata rasulullah saw bersabda; perhatikanlah orang yang berada di bawahmu dan jangan kamu memperhatikan orang yang berada di atasmu, karena yang demikian itu lebih pantas, agar kamu semua tidak menganggap remeh nikmat Alloh yang telah dikaruniakan kepadamu (HR Bukhari dan muslim)

7. Dari abu hurairah ra  ia berkata Rasulullah saw bersabda; Dunia ini adalah penjara bagi  orang mukmin dan surga bagi orang kafir (HR  muslim)

8. Dari abudullah bin asy-syikhir ra, ia berkata ; saya mendatangi rasulullah saw sedangkan beliau sedang membaca surat ; AL HAAKUMUT TAKAATSUR' kemudian beliau bersabda; Anak adam akan berkata ini adalah harta bendaku, ini adalah harta bendaku, wahai anak adam , tidak ada harta kekayaan yang kamu miliki, kecuali apa yang kamu makan kemudian habis, atau apa yang kamu pakai kemudia rusak, atau apa yang kamu sedekahkan kemudian menjadi simpanan bagimu (HR muslim)

9.Dari abdullah bin mughfal ra ;  ia berkata ; ada seseorang berkata kepada nabi saw, wahai rasulullah , demi Alloh saya mencintai engkau, beliau bersabda; pikirkanlah benar-benar apa yang kamu katakan itu; ia berkata demi Alloh sungguh saya mencintai engkau , ia mengulanginya sebanyakan tiga kali, kemudian beliau bersabda ; apabila kamu mencintaiku , bersiap-siaplah untuk menghadapi kemiskinan dengan mengencangkan pinggang; sesungguhnya kemiskinan itu lebih cepat datangnya, bagi orang yang mencintaiku melebihi cepatnya banjir yang mengalir ke jurang (HR Timidzi)
- 1 komentar

Ziarah

1.) Maka ingat-ingatlah Sabda beliau Rosulullah saw "Berziarahlah ke kubur karena hal itu dapat mengingatkan kalian akan akhirat" (Shahih Ibnu Majah, jilid I, hal 113)

2.) Rasulullah s.a.w. sedang lewat dan melihat ada seorang wanita di sebuah kubur sedang menangisi anaknya yg telah meninggal. Rasulullah tidak melarang wanita itu (karena menziarahi anaknya), namun beliau s.a.w. bersabda kepada wanita itu: "Takutlah Anda pada Allah dan bersabarlah!"  Semestinya untuk memahami riwayat itu sebaiknya dibaca dan diteruskan riwayatnya...

3.) Setelah mengetahui bahwa yang mengatakan itu adalah Nabi, maka wanita tersebut meninggalkan makam dan kemudian datang kepada Nabi dan minta maaf, sebab ia tidak mengenalnya. Kemudian Nabi bersabda "Sabar dalam musibah sangat diperlukan" (Shahih Bukhari, kitab jana'is hal 100, ShahihAbu Daud jilid II, hal 171)

4.) Rasulullah s.a.w. pernah  bersabda: "Allah mengutuk wanita-wanita yang sering menziarahi kubur." (Riwayat Ahmad dan Ibnu Majah, juga Turmudzi yang menyatakannya sah).

5.)Sabda Rasulullâh, "(Dulu) saya melarang kalian menziarahi kuburan, maka (sekarang) ziarahlah ke kuburan, karena sesungguhnya ia mengingatkan kepada akhirat" (HR. Muslim).

6.Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. bahawasanya ada seorang lelaki berziarah kepada seorang saudaranya di suatu desa lain, kemudian Allah memerintah seorang malaikat untuk melindunginya di sepanjang jalan - yang dilaluinya. Setelah orang itu melalui jalan itu, berkatalah malaikat kepadanya: "Ke mana engkau menghendaki?" Orang itu menjawab: "Saya hendak ke tempat seorang saudaraku di desa ini." Malaikat bertanya lagi: "Adakah suatu kenikmatan yang hendak kau perolehi dari saudaramu itu?" Ia menjawab: "Tidak, hanya saja saya mencintainya kerana Allah." Malaikat lalu berkata: "Sesungguhnya saya ini adalah utusan Allah untuk menemuimu - guna memberitahukan - bahawa sesungguhnya Allah itu mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu itu kerana Allah." (Riwayat Muslim)
7.Dari Ibnu Abbas r.a., katanya: "Nabi s.a.w. bersabda Jibril a.s.: "Apakah sebabnya Tuan tidak suka berziarah pada kami yang lebih banyak lagi - lebih sering - daripada yang Tuan berziarah sekarang ini?" Kemudian turunlah ayat - yang ertinya: - Dan kami tidak turun melainkan dengan perintah Tuhanmu. BagiNya adalah apa yang ada di hadapan serta di belakang kita  dan apa saja yang ada di antara yang tersebut itu." (Maryam: 64) (Riwayat Imam Bukhari)
- 1 komentar

Zinah

1.) Dari Aisyah ra berkata,"Rasulullah SAW pernah ditanya tentang seseorang yang berzina dengan seorang wanita dan berniat untuk menikahinya, lalu beliau bersabda,"Awalnya perbuatan kotor dan akhirnya nikah. Sesuatu yang haram tidak bisa mengharamkan yang halal".  (HR. Tabarany dan Daruquthuny).

2.) Seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW,"Istriku ini seorang yang suka berzina". Beliau menjawab,"Ceraikan dia". "Tapi aku takut memberatkan diriku". "Kalau begitu mut'ahilah dia". (HR. Abu Daud dan An-Nasa'i)

3.) Ubadah bin Shamit radliyallahu 'anhu berkata :
Bila turun wahyu, Nabi Allah akan merasa berat dan wajahnya berubah. Pada suatu hari turun wahyu kepadanya. Setelah itu Beliau berkata : "Ambillah ! Allah telah memberikan jalan keluar untuk mereka yang telah berzina. Yang telah menikah dicambuk seratus kali kemudian dirajam dengan batu dan yang belum menikah dicambuk seratus kali kemudian diasingkan setahun" (HR. Muslim no. 13)
- 0 komentar

Yakin & Tawakal

1.)Dari abu hurairah ra. dari nabi saw ,beliau bersabda 'akan masuk sorga orang-orang yang mempunyai hati berpendirian seperti pendirian burung (HR Muslim)

2.)Dari jabir ra ia berkata ''saya berperang bersama nabi saw menuju ke arah najd, tatkala rasulullah kembali kami pun ikut kembali, di suatu lembah yang banyak pohon berduri kami merasa payah dan mengantuk. rasulullah saw pun turun dan menggantungkan  pedangnya, sedangkan kami semua tertidur .tiba-tiba rasulullah saw memanggil kami sedangkan didekat beliau ada seseorang badui, kemudian beliau bersabda; sesungguhnya orang ini telah menghunus pedangku sewaktu aku tertidur, setelah aku terbangun pedang itu sedang terhunus di tangannya lalu orang ini berkata; siapakah yang dapat mencegah kamu dari seranganku?aku menjawab "Alloh (tiga kali) kemudian orang itu tidak melakukan apa-apa dan langsung duduk (HR bukhari dan muslim)


3.)Dari umar ra. ia berkata aku mendengar rasulullah saw bersabda'andaikan kalian benar-benar bertawakal  kepada Allah niscaya  Allah akan memberi kalian rezeki sebagaimana  dia memberik rezeki kepada burung  yaitu keluar dengan prut kosong di pagi hari dan kembali dengan perut kenyang di sore hari (HR tirmidzi)

4.)Dari umarah Al-bara bin azib ra, ia berkata; rasulullah saw bersabda ;hai fulan apabila kau hendak tidur maka bacalah ALLAAHUMA ASLAMTU NAFSII ILAIKA WAWAJJAHTU DHAHRII ILAIKA RAGHBATAN WARAHBATAN ILAIKA LAA MALJA'A WALAA MANJAA MINKA ILLAA ILAIKA AAMANTU BIKITABIKAL LADZII ANZAKTA WA NABIYYIKAL LADZI ARSALTA  (Ya Alloh saya menyerahkan diri kepada-Mu  saya menyerahkan  segala urusanku kepada-Mu dan saya menyandarkan punggungku  kepada-Mu karena mengharap dan takut kepada-Mu tidak ada tempat kembali dan tidak ada tempat berlindung kecuali hanya kepada-Mu saya percaya dengan sepenuh hati terhadap kitab-Mu yang telah engkau turunkan terhadap Nabi-Mu yang telah engkau utus) dengan membaca doa ini  apabila kalian mati pada malam itu maka matinya dalam keadaan bersihn dari dosa dan jika kamu masih hidup sampai pagi harinya maka kamu akan memperoleh kebaikan (hr Bukhari dan muslim)

5.)Dari anas ra, ia berkata ; rasulullah saw bersabda 'siapa saja yang keluar rumahnya membaca "BISMILLAHI TAWAKKALTU ALALLAHI WALAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAH (Dengan menyebut nama Allah saya bertawakkal kepada Allah, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolingan Alloh) maka dikatakan kepadanya "kamu telah mendapat petunjuk kamu telah dijamin kamu dipelihara dan dijauhkan dari setan (HR Abu dawud, Tarmidzi, Nasa'i dan yang lain)
dalam riwayat abud dawud ada tambahan "maka setan yang satu akan berkata kepada yang kainnya 'bagaimana kamu dapat menggoda  orang itu sedangkan  dia telah diberi petunjuk,telah dijamin dan dipelihara oleh Alloh'

6.) Abu dzar jindub bin junadah dan abu abdurrahman mu'adz bin jabal ra. menerangkan , Rasulullah saw bersabda, "bertakwalah kepada Alloh di manapun kamu berada, dan ikutilah kejelakan dengan kebaikan niscaya kebaikan itu akan menghapusnya, dan pergaulillah manusia dengan akhlak terpuji (HR Tirmidzi dan ia berkata"ini adalah hadist hasan, dan sebagian kitab disebutkan sebagai hadist hasan shahih)

7. Dari Umar r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:"Andaikata engkau sekalian itu suka bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal, niscayalah Dia akan memberikan rezeki padamu sekalian sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada burung. Pagi-pagi burung-burung berperut kosong dan sore-sore kembali dengan perut penuh berisi.
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
8. Dari Abu Bakar ash-Shiddiq, yaitu Abdullah bin Usman bin 'Amir bin 'Amr bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Luai bin Ghalibal-Qurasyi at- Taimi r.a., ia dan ayahnya, juga ibunya semuanya adalah termasuk golongan para sahabat radhiallahu 'anhum, katanya: "Saya melihat pada kaki kaum musyrikin sedang kita berada dalam guha dan orang-orang tersebut tepat di atas kepala kita, lalu saya berkata: "Ya Rasulullah, andaikata seorang dari mereka itu melihat ke bawah kakinya, pasti mereka akan dapat melihat tempat kita ini." Beliau s.a.w. lalu bersabda:"Apakah yang engkau sangka itu, hai Abu Bakar bahwa kita ini hanya berdua saja. Allah adalah yang ketiga dari kita ini - maksudnya senantiasa melindungi kita." (Muttafaq 'alaih)
- 0 komentar

Wudhu

1.) Barang siapa berwudhu dengan baik keluarlah dosa-dosanya dari jasadnya sampaipun dari bawah kuku-kukunya (HR Muslim)

2.) Seorang yang selesai berwudhu dengan baik lalu mengucapkan dua kalimat syahadat,maka akan terbuka baginya pintu-pintu surga yang delapan dan dia dapat memasuki yang mana saja dia kehendaki (HR Ahmad dan Ibnu Majah)

3.) Akan terdapat dalam umat ini suatu kaum yang berlebih-lebihan dalam berwudhu dan berdo'a (Hr ahmad,abu dawud, dan ibnu Majah)

4.)Apabila engkau berwudhu hendaklah engkau silangi kjari kedua tangan mu dan jari kedua kakimu (Riwayat Tirmizi dan dikatakan hadist hasan)

5.) Dari Al miqdam . Ia berkata 'rasulullah saw telah diberi air untuk berwudhu, lantas beliau berwudhu, maka dibasuhnya kedua tapak tangannya  tiga kali dan mukanya tiga kali, kemudian membasuh kedua hastanya tiga kali, lalu berkumur dan dimasukannya air ke hidung tiga kali, kemudian disapunya kepala dan kedua telinganya bagian luar dan dalam (Riwayat abud daud dan ahmad)
6.) Dari umar bin khatab , sesungguhnya seorang laki-laki telah berwudhu, maka ketinggalan  seluas kuku diatas kakinya.bagian yang ketinggalan itu kelihatan oleh nabi, lalu beliau berkata ,'kembalilah dan perbaikilah wudhumu' (Riwayat Ahmad dan muslim)

7.)Dari khalid , dari salah seorang istri nabi Saw, sesungguhnya rasulllah saw telah melihat seorang laki-laki salah, diatas tumitnya ada seluas dirham yang tidak kena air sewaktu ia berwudhu, maka rasulullah saw menyuruh orang itu mengulangi wudhunya (Riwayat Ahmad dan abu Dawud)

8.)Dari ummul habibah, ia berkata ' saya telah mendengar Rasulullah Saw bersabda'barang siapa menyentuh kemaluannya  hendaklah berwudhu (Riwayat ibnu majah dan disahkan oleh ahmad)

9.) Dari basrah binti sofwan sesungguhnya nabi Saw pernah berkata ' Laki-laki yang menyentuh zakarnya (kemaluannya) janganlah shalat sebelum ia berwudhu (riwayat lima orang ahli hadist , kata bukhari hadist ini paling sah dalam hal ini)



10.) Dari abu hurairah ra ia berkata ; rasulullah saw bersabda' jika orang  muslim atau mukmin itu b erwudhu,maka ketika ia membasuh mukanya , keluarlah setiap dosa yang dilakukan oleh kedua matanya, karena melihat sesuatu yang diharamkan. hilanglah bersama-sama dengan air itu  atau bersama-sama dengan tetesan air terakhir, jika ia membasuh kakinya, maka keluarlah dosa  yang diperbuat oleh kedua kakinya . karena digunakan berjalan pada jalan yang tidak benar, bersam-sama dengan air atau bersama-sama dengan tetesan air terakhir sehingga ia bersih dari dosa (HR Muslim)

11.)Dari abu hurairah ra ia berkata; rasulullah saw bertanya "maukah kalian aku tunjukan sesuatu yang dapat menghapus dosa-dosa  dan dapat  mengangkat derajat (di surga) ?" para sahabat menjawab; tentu saja ya rasulullah !" yaitu     menyempurnakan wudhu pada waktu-waktu yang tidak disukai, memperbanyak langkah ke masjid dan menunggu salat setelah selesai salat, itulah yang harus kalian utamakan (HR muslim)

Membasuh luar sepatu
1.) Saya lihat rasulullah saw menyapu bagian luar kedua sepatu beliau (Riwayat ahmad dan tirmizi , dikatakan hadist hasan)
- 0 komentar

Waria

1. Rasulullah s.a.w. p ernah menghitung orang-orang yang dilaknat di dunia ini dan disambutnya juga oleh Malaikat, diantaranya ialah laki-laki yang memang oleh Allah dijadikan betul-betul laki-laki, tetapi dia menjadikan dirinya sebagai perempuan dan menyerupai perempuan; dan yang kedua, yaitu perempuan yang memang dicipta oleh Allah sebagai perempuan betul-betul, tetapi kemudian dia menjadikan dirinya sebagai laki-laki dan menyerupai orang laki-laki (Hadis Riwayat Thabarani).

2. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ada dua golongan ahli neraka yang belum pernah saya melihat keduanya itu*,' yaitu sekelompok kaum yang memegang cemeti sebagai ekor lembu, mereka memukul para manusia dengan cemeti tadi dan beberapa kaum wanita yang berpakaian tipis, telanjang sebagian tubuhnya, berjalan dengan gaya kecongkaan dan me-miringkan bahu-bahunya - yakni jalannya diserupakan dengan kaum lelaki yang menunjukkan kesombongannya. Kepala kaum wanita ini adalah seperti unta gemuk yang miring jalannya. Mereka itu tidak dapat masuk syurga dan tidak dapat memperoleh bau harum syurga, padahal sesungguhnya bau harum syurga itu dapat dicapai dari jarak
perjalanan sejauh sekian dan sekian - yakni amat jauh sekali." (Riwayat Muslim)

3.Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. melaknat kepada seorang lelaki yang mengenakan pakaian orang perempuan, juga melaknat orang perempuan yang mengenakan pakaian orang lelaki." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.
4.Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. melaknat kepada orang-orang lelaki yang berlagak banci - yakni bergaya sebagai wanita, juga orang-orang perempuan yang berlagak sebagai orang lelaki."

Dalam riwayat lain disebutkan:

"Rasulullah s.a.w. melaknat kepada orang-orang lelaki yang menyerupakan diri sebagai kaum wanita dan orang-orang perempuan yang menyerupakan diri sebagai kaum pria." (Riwayat Bukhari)
- 0 komentar

Walimah

1.Dari Abu Hurairah r.a. lagi dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Seburuk-buruk makanan ialah makanan walimah yang tercegah - yakni tidak diundang - orang yang ingin mendatanginya iaitu kaum fakir-miskin, sebab memerlukannya, tetapi diundanglah orang yang tidak ingin mendatanginya - iaitu kaum kaya raya sebab sudah sering makan enak-enak. Namun demikian barangsiapa yang tidak mengabulkan undangan walimah - pengantin - itu, maka ia telah bermaksiat kepada Allah dan RasulNya." (Riwayat Muslim)
2.Dalam riwayat kedua kitab shahih Bukhari dan Muslim juga disebutkan demikian iaitu dari Abu Hurairah r.a., Nabi s.a.w. bersabda:"Seburuk-buruk makanan ialah makanan walimah yang diundanglah ke situ orang-orang kaya dan ditinggalkanlah orang-orang fakir-miskin."
- 0 komentar

Wali

1. Dari Abu hurairah radhiallahu anhu berkata : Rasululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya Alloh ta'ala berfirman: Siapa yang memusuhi wali-Ku maka Aku telah umumkan perang terhadanya. Tidak ada taqarrubnya seorang hamba kepada-Ku yang lebih Aku cintai kecuali beribadah dengan apa yang telah Aku wajibkan atasnya .
Dan hamba-Ku yang selalu mendekatkan diri kepada-Ku dengan nawafil (perkara- perkara sunnah diluar yang fardhu) maka Aku akan mencintainya. Dan jika Aku telah mencintainya maka Aku adalah pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, tangannya yang dia gunakan untuk memukul, dan kakinya yang dia gunakan untuk berjalan, jika dia meminta kepada-Ku niscaya akan Aku berikan,dan jika dia minta perlindungan dari-Ku niscaya akan Aku lindungi (riwayat Bukhari)
- 2 komentar

Ukhuwah , Pergaulan, Hak , Akhlak

Saling membenci
1.)Abu hurairah ra. berkata rasulullah saw bersabda "jangan saling menghasud ,saling menipu, saling membenci, saling membelakangi, dan janganlah sebagian dari kalian membeli barang yang telah dibeli orang lain, jadilah hamba-hamba Alloh yang bersaudara. Orang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, maka janganlah berlaku aniaya kepadanya,janganlah menelantarkannya, jangan membohonginya, dan jangan merendahkannya. takwa itu disini (beliau mengucapkan ini sambil menunjuk ke dadanya dan mengulanginya hingga tiga kali) cukuplah seseorang dikategorikan jelek apabila dia merendahkan saudaranya sesama muslim, Darah , harta dan kehormatan setiap muslim adalah haram bagi muslim yang lain (HR Muslim)

Perlindungan dan hak, Undangan
1 . Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang meminta perlindungan dengan menggunakan kata-kata: "Dengan nama Allah," maka berilah ia perlindungan dan barangsiapa meminta dengan menggunakan: "Dengan nama Allah," maka berilah ia. Juga barangsiapa yang mengundang engkau semua, maka kabulkanlah undangannya itu barangsiapa yang berbuat sesuatu kebaikan kepadamu semua maka balaslah kebaikannya itu. Jikalau engkau semua tidak mendapatkan sesuatu yang digunakan sebagai balasan kepadanya, maka berdoa sajalah untuk kebaikan orang yang memberi tadi, sehingga engkau semua merasa bahwa engkau semua telah memberikan balasannya kebaikannya tadi." Hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Nasa'i dengan isnad- isnad kedua shahih Bukhari dan Muslim.
2.Dari Yazid bin Syarik bin Thariq, katanya: "Saya melihat Ali r.a. di atas mimbar dan saat itu ia sedang berkhutbah. Saya mendengarkannya. la berkata: "Tidak ada, demi Allah. Kita tidak mempunyai kitab yang perlu kita baca, melainkan Kitabullah -yakni al-Quran - dan apa-apa yang terdapat dalam lembaran ini." Selanjutnya Ali membeberkan lembaran itu, di dalamnya terdapat persoalan umur-umur unta dan catatan-catatan hal-hal mengenai soal luka-melukai. Di dalamnya terdapat pula sabdanya Rasulullah s.a.w., demikian: "Madinah adalah tanah suci, iaitu antara daerah 'Air sampai Tsaus - nama sebuah gunung kecil. Barangsiapa yang melakukan sesuatu kesalahan di situ - seperti membuat kebid'ahan atau mengerjakan tindak kezaliman atau apa-apa yang menyakiti kaum Muslimin - atau memberi tempat kepada orang yang melakukan kesalahan tadi, maka atas orang itu adalah laknat Allah, seluruh malaikat dan sekalian manusia. Allah tidak akan menerima amalan wajib atau sunnahnya. Pertanggungan terhadap diri kaum Muslimin itu adalah satu - yakni sama haknya, berlaku pula kepada orang yang terendah di kalangan mereka itu mengenai pertanggungan tadi. Maka barangsiapa yang mengacaukan keamanan seseorang Muslim, maka atasnya adalah laknat Allah, seluruh malaikat dan sekalian manusia. Allah tidak akan menerima amalan wajib atau sunnahnya. Selanjutnya barangsiapa yang mengaku bernasab atau berketurunan dari seseorang yang selain ayahnya atau menisbahkan dirinya kepada seseorang yang bukan walinya - yakni yang tidak berhak untuk memerdekakan dirinya, maka atasnya adalah laknat Allah, seluruh malaikat dan sekalian manusia. Allah tidak menerima amalan wajib atau sunnahnya." (Muttafaq 'alaih)

Beberapa akhlak terhadap manusia
1. Dari Abu Juraij iaitu Jabir bin Sulaim r.a., katanya: "Saya melihat ada seorang lelaki yang orang-orang semuanya sama mengeluarkan huraiannya berpokok pangkal dari pendapat orang tersebut. Orang itu tidak mengucapkan sesuatu, melainkan orang- orang sama mengeluarkan huraiannya dengan berpedoman dari ucapan orang tersebut. Saya bertanya: "Siapakah orang itu?" Orang-orang sama menjawab: "Itu adalah Rasulullah s.a.w." Saya lalu mengucapkan '"Alaikas salam, ya Rasulullah," sampai dua kali. Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Jangan mengucapkan: 'Alaikas-salam, sebab 'Alaikas-salam adalah sebagai penghormatan kepada orang-orang mati. Ucapkanlah: Assalamu 'alaik."
Jabir berkata: "Saya lalu bertanya: "Apakah anda itu Rasulullah." Beliau s.a.w. menjawab: "Ya, saya adalah Rasulullah yakni utusan Allah. Allah ialah yang apabila engkau ditimpa oleh sesuatu bahaya, kemudian engkau berdoa padanya - supaya bahaya itu dilenyapkan, maka Allah pasti melapangkan engkau dari bahaya tadi. ]uga jikalau engkau ditimpa oleh tahun paceklik - bahaya kelaparan - lalu engkau berdoa padaNya, maka Allah akan menumbuhkan tanaman-tanaman untukmu dan jikalau engkau berada di suatu tanah gersang atau di daerah yang tandus, kemudian engkau kehilangan kenderaanmu, kemudian engkau berdoa padaNya - mohon supaya diselamatkan, maka Allah akan mengembalikan kenderaanmu itu padamu."
Jabir berkata: "Saya lalu berkata: "Berilah saya suatu perjanjian yang wajib saya penuhi!" Beliau s.a.w. bersabda: "Jangan sekali-kali engkau mencaci-maki kepada seseorang pun."
Jabir berkata: "Sesudah saat itu saya tidak pernah lagi mencaci-maki kepada siapapun, baik ia orang merdeka atau hamba sahaya, ataupun kepada unta dan kambing."
Beliau s.a.w. melanjutkan sabdanya: "Janganlah engkau meremehkan sedikit pun dari perbuatan yang baik - yakni sekali pun nampaknya tidak bererti dan kurang berharga, tetapi lakukanlah itu. Hendaklah engkau berbicara dengan saudaramu dan engkau senantiasa menunjukkan muka yang manis padanya, kerana sesungguhnya yang sedemikian itu termasuk perbuatan yang baik. Angkatlah sarungmu sampai ke pertengahan betis, tetapi jikalau engkau enggan berbuat semacam itu, maka bolehlah sampai pada kedua mata kaki. Takutlah pada perbuatan melemberehkan sarung, sebab sesungguhnya yang sedemikian itu termasuk kesombongan dan sesung-guhnya Allah itu tidak suka kepada kesombongan. Jikalau ada seseorang yang mencaci-maki padamu atau mencela dirimu dengan sesuatu yang ia tahu bahawa cela tadi memang ada dalam dirimu, maka janganlah engkau membalas mencela padanya dengan sesuatu yang engkau tahu bahawa cela itu memang ada dalam dirinya, sebab hanyasanya tanggungan- yakni dosa - perbuatan itu adalah pada diri orang yang mencela saja."
Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dengan isnad yang shahih dan Imam Termidzi mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan shahih.

Menamakan diri / Panggilan diri
1.Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Sesungguhnya serendah- rendahnya nama di sisi Allah 'Azzawajalla ialah seseorang lelaki yang menamakan dirinya Raja Di Raja-atau Maharaja." (Muttafaq 'alaih) Sufyan bin Unaiyah berkata: "Raja Di Raja itu ialah seperti Syahansyah.

2. Dari Buraidah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Janganlah engkau semua mengucapkan sayyid - atau Tuan -untuk seorang munafik, sebab sesungguhnya saja jikalau orang itu benar-benar menjadi sayyid - yang artinya tinggi martabatnya di atas orang-orang lain yakni menjadi pemimpin, maka engkau semua benar-benar telah membuat kemurkaan Tuhanmu sekalian 'Azzawajalla." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.
3.Dari Aisyah radhiallahu 'anha dari Nabi s.a.w. bersabda: "Janganlah sekali-kali seseorang di antara engkau semua itu mengucapkan: "Cemar jiwaku," tetapi hendaklah mengatakan: "Buruk jiwaku." (Muttafaq 'alaih)

Panggilan jelek
1. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Apabila ada seseorang berkata kepada saudaranya - sesama Muslimnya: "Hai orang kafir," maka salah seorang dari keduanya - yakni yang berkata atau dikatakan - kembali dengan membawa kekafiran itu. Jikalau yang dikatakan itu benar-benar sebagaimana yang orang itu mengucapkan, maka dalam orang itulah adanya kekafiran, tetapi jikalau tidak, maka kekafiran itu kembali kepada orang yang mengucapkannya sendiri."(Muttafaq 'alaih)
2. Dari Abu Zar r.a. bahwasanya ia mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang memanggil orang lain dengan sebutan ke-kafiran atau berkata bahwa orang itu musuh Allah, padahal yang dikatakan sedemikian itu sebenarnya tidak, melainkan kekafiran itu kembalilah pada dirinya sendiri." (Muttafaq 'alaih)

Menceritakan keadaan orang lain
1.Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Janganlah seseorang wanita menyentuh wanita lain, lalu ia memberitahukan keadaan atau sifat wanita itu kepada suaminya yang seolah-olah suami tadi dapat melihat wanita yang diterangkan- nya tadi." (Muttafaq 'alaih)
2. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Bukannya seorang mu'min yang suka mencemarkan nama orang, atau yang suka melaknat dan bukan pula yang berbuat kekejian serta yang kotor mulutnya." Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
Memaki Penyakit
1.Dari Jabir r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. masuk ke tempat Ummu Saib atau Ummul Musayyab, lalu ia berkata: "Mengapa anda, hai Ummu Saib" atau "hai Ummul Musayyab. Mengapa anda gementar." Wanita itu menjawab: "Dihinggapi penyakit panas. Semoga Allah tidak memberkahi penyakit ini." Jabir berkata: "Janganlah anda memaki-maki penyakit panas itu, sebab sesungguhnya penyakit itu dapat melenyapkan semua kesalahan anak Adam, sebagaimana dapur pandai besi dapat melenyapkan kotoran - yakni karat - besi." (Riwayat Muslim)
Memaki Alam
1. Dari Abul Mundzir yaitu Ubay bin Ka'ab r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Janganlah engkau semua memaki-maki angin, maka jikalau engkau semua melihat sesuatu yang tidak engkau semua sukai, maka ucapkanlah - yang artinya: "Ya Allah, sesungguhnya kita semua memohonkan kepadaMu akan kebaikannya angin ini dan kebaikan apa yang terkandung di dalamnya dan kebaikan apa yang ia diperintahkan, juga kita mohon perlindungan kepadaMu dari keburukannya angin ini dan keburukan apa yang terkandung di dalamnya serta keburukan apa yang ia diperintahkan." Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih.
2. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Angin itu adalah dari rahmat Allah, ia datang dengan mem-bawa kerahmatan dan adakalanya ia datang dengan membawa siksa. Maka jikalau engkau semua melihat angin, janganlah engkau semua memaki-makinya dan mohonlah kepada Allah akan kebaikannya dan mohonlah perlindungan kepada Allah daripada kejahatannya." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad hasan.

Memaki Binatang
1. Dari Zaid bin Khalid al-Juhani r.a. katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Janganlah engkau semua memaki-maki ayam, sebab sesungguhnya ayam - yang jantan - itu membangunkan untuk shalat." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.
Mengatakan sebab sesuatu kejadian karena suatu benda
1.Dari Zaid bin Khalid r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersembahyang shalat Subuh bersama kita sekalian di Hudaibiyah yaitu di tanah bekas terkena siraman air hujan dari langit yang terjadi pada malam harinya itu. Setelah beliau s.a.w. selesai shalat, lalu menghadap kepada orang banyak, kemudian bersabda: "Adakah engkau semua mengetahui apa yang difirmankan oleh Tuhanmu semua?" Para sahabat menjawab: "Allah dan RasulNya itulah yang lebih mengetahui." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Allah Ta'ala ber-firman: "Berpagi-pagi di antara hamba-hambaKu itu ada yang menjadi orang mu'min dan ada yang menjadi orang kafir. Adapun orang yang berkata: "Kita dikarunia hujan dengan keutamaan Allah serta dengan kerahmatanNya, maka yang sedemikian itulah orang mu'min kepadaKu dan kafir kepada bintang. Adapun orang yang berkata: "Kita diberi hujan dengan berkahnya bintang Anu atau Anu, maka yang sedemikian itulah orang yang kafir padaku dan mu'min kepada bintang." (Muttafaq 'alaih)
Berlaku sombong
1. Dari Jabir r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya termasuk golongan orang yang paling saya cintai di antara engkau semua serta yang terdekat kedudukannya dengan saya pada hari kiamat ialah yang terbaik budipekertinya di antara engkau semua itu dan sesungguhnya termasuk golongan orang yang paling saya benci di antara engkau semua serta yang terjauh kedudukannya dengan saya pada hari kiamat ialah orang yang banyak bicara, sombong bicaranya serta merasa tinggi apa yang dibicarakannya itu - karena kecongkaannya." Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
2. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah itu membenci kepada seseorang yang berlebih- lebihan dalam cara mengeluarkan kata-kata - ketika ber-bicara - dari golongan kaum lelaki, yaitu orang yang mencela-cela -yakni mempermainkan - lidahnya, sebagaimana lembu di waktu mencela-cela - yakni mempermainkan lidahnya itu." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dan Termidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
3. Dari Ibnu Mas'ud r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Rusak binasalah orang- orang yang suka melebih-Iebihkan - dari kadar kemampuan dirinya sendiri." Beliaus.a.w. menyabdakan ini tiga kali. (Riwayat Muslim)
Memuliakan tamu
1. Dari Abu Hurairah r.a., bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah memuliakan tamunya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah mempereratkan hubungan kekeluargaannya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah mengucapkan yang baik ataupun berdiam diri saja - kalau tidak dapat mengucapkan yang baik." (Muttafaq 'alaih)
2. Dari Abu Syuraih iaitu Khuwailid bin 'Amr al-Khuza'i r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah memuliakan tamunya, iaitu jaizahnya." Para sahabat bertanya: "Apakah jaizahnya tamu itu, ya Rasulullah?" Beliau s.a.w. bersabda: "Iaitu pada siang hari dan malamnya. Menjamu tamu - yang disunnahkan secara muakkad atau sungguh-sungguh - ialah selama tiga hari. Apabila lebih dari waktu sekian lamanya itu, maka hal itu adalah sebagai sedekah padanya." (Muttafaq 'alaih)
- 0 komentar

Tidur & Mimpi

1. Dari Aisyah ra, dari Nabi saw, Beliau bersabda,"Tidaklah seorang hamba yang pada saat Allah mengembalikan ruhnya (sesudah tidur) kemudian mengucapkan Laa ilaaha illallaahu wahdahulaa syariikalahu, lahul mulku walahul hamdu wahuwa 'alaa kulli syai in qadiir melainkan pasti Allah akan mengampuni dosa-dosanya sekalipun sebanyak buih di lautan." (HR Ibnu Sunni)

2. Tidur itu tidak sia-sia, tetapi sesungguhnya yang sia-sia ialah orang yang tidak shalat hingga masuk pula waktu shalat yang lain (Riwayat muslim)

3. Dari Aisyah, "Sesungguhnya Nabi saw jika akan tidur, beliau merapatkan kedua telapak tangannya kemudian meniupnya, lalu membaca Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An- Naas. Sesudah itu beliau mengusap kedua tangannya ke badan, bermula kepala, wajah, lalu bagian depan badan. Demikian itu beliau lakukan 3x" (HR Bukhari).

4. Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: ... Rasulullah saw bertanya kepadaku: "Apa yang dilakukan tawananmu tadi malam?" Aku menjawab, "Ya Rasulullah, ia mengajarkan kepadaku beberapa kalimat yang katanya Allah akan memberi manfaat kepadaku. Oleh karena itu, aku membiarkannya." Rasulullah bertanya,"Kalimat apa itu?" Jawabku,"Ia berkata kepadaku, Apabila engkau hendak tidur, bacalah Ayat Kursi dari awala hingga akhir ayat... Dan dia melanjutkan, Engkau akan senantiasa dalam perlindungan Allah dan setan tidak akan mendekat sampai pagi, dan biasanya para sahabat sangat menginginkan kebaikan." Lalu Rasulullah saw bersabda,"Ketahuilah, sesungguhnya ia telah berkata benar kepadamu, meskipun dia itu pendusta. Tahukah kamu dengan siapa kamu berbicara selama tiga malam itu wahai Abu Hurairah?" Jawabku,"Tidak." Beliau bersabda,"Dia itu adalah setan." (HR Bukhari)

5. Dari Abu Mas'ud ra, ia berkata,"Rasulullah saw bersabda, Barangsiapa membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah pada malam hari, maka hal itu telah mencukupinya." (HR Bukhari)

Tidur Tertelungkup
1. Dari Ya'isy bin Tikhfah al-Ghifari radhiallahu 'anhuma, katanya: "Ayahku berkata: Pada suatu ketika saya berbaring dalam masjid atas perutku, tiba-tiba ada seorang lelaki yang menggerak-gerakkan saya dengan kakinya, lalu berkata: "Sesungguhnya cara tidur yang sedemikian ini adalah cara berbaring yang dibenci oleh Allah." Ayahku berkata: "Kemudian saya melihat orang itu, tiba-tiba ia adalah Rasulullah s.a.w." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.

Mimpi & Impian

1. Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Jikalau zaman sudah dekat - yakni dekat dengan datangnya hari kiamat, maka impian seseorang mu'min itu hampir tidak dusta dan impian seseorang mu'min itu adalah sebagian dari empat puluh enam bagian dari kenubuwatan." (Muttafaq 'alaih)

2. Dari Abu Hurairah r.a. puta, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang bermimpi melihat saya dalam tidur, maka ia akan melihat saya di waktu jaga - yakni melek dan. ini ditakwilkan sewaktu di akhirat nanti - atau seolah-olah ia melihat saya di waktu jaga, karena syaitan itu tidak dapat menyerupakan dirinya dengan diriku," maksudnya tidak dapat menjelmakan diri seperti beliau s.a.w. itu." (Muttafaq 'alaih)

3. Dari Abu Said al-Khudri r.a. bahwasanya ia mendengar Nabi s.a.w. bersabda: "Jikalau seseorang di antara engkau semua bermimpi melihat sesuatu impian yang ia menyukainya maka hanyasanya impian itu adalah dari Allah Ta'ala. Maka dari itu hendaklah mengucapkan pujian kepada Allah atas impian tadi -yakni membaca Alhamdulillah -dan hendaklah memberitahukan impiannya itu - pada orang lain." Dalam suatu riwayat lain disebutkan: "Maka janganlah memberitahukan impiannya tersebut, kecuali kepada orang yang ia mencintainya. Tetapi jikalau bermimpi melihat impian yang selain demikian - yaitu impian buruk dan tidak disukai, maka hanyasanya impian tadi adalah dari syaitan. Oleh karena itu hendaklah ia memohonkan perlindungan kepada Allah daripada keburukannya-yakni membaca ta'awwudz - dan janganlah menyebut:nyebutkannya kepada orang lain, sebab sesungguhnya impian sedemikian itu tidak akan membahayakan dirinya." (Muttafaq 'alaih)
4. Dari Jabir r.a. dari Rasulullah s.a.w., sabdanya: "Jikalau seseorang di antara engkau semua melihat impian yang ia tidak menyukainya, maka hendaklah ia berludah di sebelah kirinya tiga kali dan hendaklah pula ia memohonkan perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan - yakni membaca ta'awwudz -sebanyak tiga kali dan lagi baiklah ia beralih dari sebelah yang ia tidur di atasnya tadi - yaknr kalau tadinya miring kiri hendaklah beralih ke kanan dan demikian pula sebaliknya." (Riwayat Muslim)
- 1 komentar

Tetangga

1. Dari Ibnu Umar dan Aisyah radhiallahu 'anhuma, keduanya berkata: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Tidak henti-hentinya Jibril memberikan wasiat kepadaku supaya berbuat baik kepada tetangga, sehingga saya menyangka seolah-olah Jibril akan memasukkan tetangga sebagai ahli waris -yakni dapat menjadi ahli waris dan tetangganya." (Muttafaq 'alaih)
2.. Dari Abu Zar r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Hai Abu Zar, jikalau engkau memasak kuah, maka perbanyaklah airnya dan saling berjanjilah dengan tetangga-tetanggamu - untuk saling beri-memberikan." (Riwayat Muslim)
3. Dari Abu Hurairah r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda:"Demi Allah, tidaklah beriman; demi Allah, tidaklah beriman; demi Allah, tidaklah beriman!" Beliau s.a.w. ditanya: "Siapakah, ya Rasulullah." Beliau s.a.w. menjawab: "Iaitu orang yang tetangganya tidak aman akan kejahatannya - tipuannya." (Muttafaq 'alaih)
4. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Hai wanita- wanita muslimat, janganlah seseorang tetangga itu menghinakan kepada tetangganya yang lain, sekalipun yang dihadiahkan itu berupa kaki kambing." (Muttafaq 'alaih)
5. Dari Abu Hurairah r.a. pula bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:"Janganlah seseorang tetangga itu melarang tetangganya yang lain untuk menancapkan kayu di dindingnya -untuk pengukuh atap dan lain-lain."Abu Hurairah r.a. lalu berkata: "Mengapa engkau semua saya lihat nampaknya menentang dari sunnah - peraturan Nabi s.a.w. -ini? Demi Allah, nescayalah akan saya lemparkan sunnah itu antara bahu- bahumu - maksudnya: Saya paksakan untuk diterimanya, sekalipun nampaknya berat dilakukan." (Muttafaq 'alaih)
6. Dari Abu Hurairah r.a. pula bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah menyakiti tetangganya - baik dengan kata-kata atau perbuatan. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah memuliakan tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah berkata yang baik atau - kalau tidak dapat berkata baik - maka hendaklah berdiam saja - yakni jangan malahan berkata yang tidak baik." (Muttafaq 'alaih)
7.Dari Abu Syuraih al-Khuza'i r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. bersabda:"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah berbuat baik kepada tetangganya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah memuliakan tamunya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah berkata yang baik atau hendaklah berdiam saja."Diriwayatkan oleh Imam Muslim dengan lafaz seperti di atas ini dan Imam Bukhari meriwayatkan sebahagiannya.
Keterangan:
Hadis di atas, juga yang ada di bawahnya itu, mengandungi pengertian bahawa jika kita ingin dianggap sebagai seorang mu'min yang benar-benar sempurna keimanannya, maka tiga hal ini wajib kita laksanakan dengan baik.
(a) Jangan menyakiti tetangga, tetapi hendaknya berbuat baik kepadanya, termasuk di dalamnya tetangga yang dekat atau yang jauh, ada hubungan kekeluargaan atau tidak, juga tanpa pandang apakah ia seorang Muslim atau kafir. Ringkasnya semua diperlakukan sama dalam soal ketetanggaan.
(b) Memuliakan tamu, baik yang kaya ataupun yang miskin, yang sudah kenal atau belum, kenalnya sudah lama atau baru saja bertemu dan berkenalan, seagama ataupun tidak dan lain-lain, bahkan musuh pun kalau datang ke tempat kita, wajib pula kita muliakan sebagai tamu.
Cara memuliakannya ialah dengan jalan menampakkan wajah yang manis, berseri-seri di mukanya, berbicara dengan sopan, menyatakan gembira atas kedatangannya dan segera memberikan jamuan sepatutnya bila mana ada, tanpa memaksa-maksakan diri atau mengada-adakan, sehingga berhutang dan lain-lain.
(c) Kalau dapat mengeluarkan kata-kata yang baik, itulah yang sebagus-bagusnya untuk dijadikan bahan percakapan. Tetapi jika tidak dapat berbuat sedemikian, lebih baik berdiam diri saja.
Dalam mengulas sabda Rasulullah s.a.w. yang terakhir ini. Imam as-Syafi'i r.a. berkata: "Jadi hendaknya difikirkan sebelumnya perihal apa yang hendak dikatakan itu. Manakala memang baik untuk dikeluarkan, maka yang terbagus sekali ialah berkata- kata yang baik tersebut. Maksudnya kata-kata yang baik ialah yang tidak akan menyebabkan timbulnya kerosakan atau permusuhan, serta tidak pula akan menjurus ke arah pembicaraan yang diharamkan oleh syariat ataupun dimakruhkan. Inilah yang dianggap sebagai kata-kata yang memang betul-betul baik. Tetapi sekiranya akan membuat keonaran, permusuhan dan kekacauan atau akan menjurus kepada pembicaraan yang keruh, apalagi yang haram, maka di situlah tempatnya kita tidak boleh berbicara dan lebih baik berdiam diri saja."
8. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Saya berkata: Ya Rasulullah, sesungguhnya saya itu mempunyai dua orang tetangga, maka kepada yang manakah di antara keduanya itu yang saya beri hadiah? "Rasulullah s.a.w. menjawab: "Kepada yang terdekat pintunya denganmu." (Riwayat Bukhari)
9. Dari Abdullah bin Amr radhiallahu 'anhuma, katanya: ''Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sebaik-baiknya kawan di sisi Allah Ta'ala ialah yang terbaik hubungannya dengan kawannya dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah Ta'ala ialah yang terbaik pergaulannya dengan tetangganya."Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan
- 0 komentar

Takdir

1. Dari Ali r.a., katanya: "Kita semua sedang menghantarkan seorang janazah ke makam Baqi' al-Gharqad, lalu kita didatangi oleh Rasulullah s.a.w., kemudian beliau s.a.w. duduk dan kita pun duduk di sekelilingnya. Beliau s.a.w. membawa sebuah tongkat - yang lengkung kepalanya - lalu beliau menundukkan kepalanya dan mulai membuat garis-garis halus - di bumi - dengan tongkatnya itu. Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda:
"Tiada seorang pun dari engkau semua itu, melainkan sudah ditentukan tempat duduknya dari neraka dan tempat duduknya dari syurga." Para sahabat lalu berkata: "Ya Rasulullah, apakah kita tidak boleh menyandarkan diri kita pada catatan kita itu?" Beliau s.a.w. menjawab: "Beramallah, kerana setiap orang itu dipermudahkan jalannya untuk apa yang ia diciptakan untuknya" - maksudnya ialah jikalau memang ditakdirkan baik, maka mudah sekali orang itu melakukan kebaikan, sedang jikalau ditakdirkan buruk, maka mudah pula melakukan keburukan. Selanjutnya Ali r.a. menyebutkan Hadis ini sampai habis. (Muttafaq 'alaih)
- 0 komentar

Taubat

1.Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Demi Allah, sesungguhnya saya itu nescayalah memohonkan pengampunan kepada Allah serta bertaubat kepadaNya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali." (Riwayat Bukhari)

2. Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:"Demi Allah, sesungguhnya saya itu nescayalah memohonkan pengampunan kepada Allah serta bertaubat kepadaNya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali." (Riwayat Bukhari)
3. Dari Abu Hamzah iaitu Anas bin Malik al-Anshari r.a., pelayan Rasulullah s.a.w., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda:"Nescayalah Allah itu lebih gembira dengan taubat hambaNya daripada gembiranya seseorang dari engkau semua yang jatuh di atas untanya dan oleh Allah ia disesatkan di suatu tanah yang luas." (Muttafaq 'alaih)

4. Dari Abu Hamzah iaitu Anas bin Malik al-Anshari r.a., pelayan Rasulullah s.a.w., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda:"Nescayalah Allah itu lebih gembira dengan taubat hambaNya daripada gembiranya seseorang dari engkau semua yang jatuh di atas untanya dan oleh Allah ia disesatkan di suatu tanah yang luas." (Muttafaq 'alaih)
5. Dari Zir bin Hubaisy, katanya: "Saya mendatangi Shafwan bin 'Assal r.a. perlu menanyakan soal mengusap dua buah sepatu khuf (but). Shafwan berkata: "Apakah yang menyebabkan engkau datang ini, hai Zir?" Saya menjawab: "Kerana ingin mencari ilmu pengetahuan." Ia berkata lagi: "Sesungguhnya para malaikat itu sama meletakkan sayap- sayapnya - yakni berhenti terbang dan ingin pula mendengarkan ilmu atau kerana tunduk menghormat - kepada Orang yang menuntut ilmu, kerana redha dengan apa yang dicarinya."
Saya berkata: "Sebenarnya saya sudah tergerak dalam hatiku akan mengusap di atas dua buah sepatu khuf itu sehabis buang air besar atau kecil. Engkau adalah termasuk salah seorang sahabat Nabi s.a.w., maka dari itu saya datang ini untuk menanyakannya kepadamu. Apakah engkau pernah mendengar beliau s.a.w. menyebutkan persoalan mengusap sepatu khuf itu daripadanya?" Shafwan menjawab: "Ia pernah. Rasulullah s.a.w. menyuruh kita semua, jikalau kita sedang dalam berpergian, supaya kita jangan melepaskan sepatu khuf kita selama tiga hari dengan malamnya sekali, kecuali jikalau kita terkena janabah, tetapi kalau hanya kerana membuang air besar atau kecil atau kerana sehabis tidur, bolehlah tidak usah dilepaskan."  Saya berkata lagi: "Apakah engkau pernah mendengar beliau s.a.w. menyebutkan persoalan cinta?" Dia menjawab: "Ya pernah. Pada suatu ketika kita bersama dengan Rasulullah s.a.w. dalam berpergian. Di kala kita berada di sisinya itu, tiba-tiba ada seorang a'rab (orang Arab dari pergunungan) memanggil beliau itu dengan suara yang keras sekali, katanya: "Hai Muhammad." Rasulullah s.a.w. menjawabnya dengan suara yang sekeras suaranya itu pula: "Mari ke mari". Saya berkata pada orang a'rab tadi: "Celaka engkau ini, perlahankanlah suaramu, sebab engkau ini benar-benar ada di sisi Nabi s.a.w.,sedangkan aku dilarang semacam ini - yakni bersuara keras-keras di hadapannya-. "Orang a'rab itu berkata: "Demi Allah, saya tidak akan memperlahankan suaraku." Kemudian ia berkata kepada Nabi s.a.w.: "Ada orang mencintai sesuatu golongan, tetapi ia tidak dapat menyamai mereka - dalam hal amal perbuatannya serta cara mencari kesempurnaan kehidupan dunia dan akhiratnya. Nabi s.a.w. menjawab: "Seseorang itu dapat menyertai orang yang dicintai olehnya esok pada hari kiamat." Tidak henti-hentinya beliau memberitahukan apa saja kepada kita, sehingga akhirnya menyebutkan bahawa di arah barat itu ada sebuah pintu yang perjalanan luasnya yakni sekiranya seseorang yang berkenderaan berjalan hendak menempuh jarak luasnya itu, maka jarak antara dua hujung pintu tadi adalah sejauh empat puluh atau tujuh puluh tahun." Salah seorang yang meriwayatkan Hadis ini iaitu Sufyan mengatakan: "Di arah Syam pintu itu dijadikan oleh Allah Ta'ala sejak hari Dia menciptakan semua langit dan bumi, senantiasa terbuka untuk taubat, tidak pernah ditutup sehingga terbitlah matahari dari sebelah barat yakni dari dalam pintu tadi."Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan lain-lainnya dan Imam Tirmidzi mengatakan bahawa Hadis ini adalah hasan shahih.

6. Dari Abu Said, iaitu Sa'ad bin Sinan al-Khudri r.a. bahawasanya Nabiullah s.a.w. bersabda:
"Ada seorang lelaki dari golongan ummat yang sebelummu telah membunuh sembilan puluh sembilan manusia, kemudian ia menanyakan tentang orang yang teralim dari penduduk bumi, ialu ia ditunjukkan pada seorang pendeta. la pun mendatanginya dan selanjutnya berkata bahawa sesungguhnya ia telah membunuh sembilan puluh sembilan manusia, apakah masih diterima untuk bertaubat. Pendeta itu menjawab: "Tidak dapat." Kemudian pendeta itu dibunuhnya sekali dan dengan demikian ia telah menyempurnakan jumlah seratus dengan ditambah seorang lagi itu. Lalu ia bertanya lagi tentang orang yang teralim dari penduduk bumi, kemudian ditunjukkan pada seorang yang alim, selanjutnya ia mengatakan bahawa sesungguhnya ia telah membunuh seratus manusia, apakah masih diterima taubatnya. Orang alim itu menjawab: "Ya, masih dapat. Siapa yang dapat menghalang-halangi antara dirinya dengan taubat itu. Pergilah engkau ke tanah begini- begini, sebab di situ ada beberapa kelompok manusia yang sama menyembah Allah Ta'ala, maka menyembahlah engkau kepada Allah itu bersama-sama dengan mereka dan janganlah engkau kembali ke tanahmu sendiri, sebab tanahmu adalah negeri yang buruk." Orang itu terus pergi sehingga di waktu ia telah sampai separuh perjalanan, tiba-tiba ia didatangi oleh kematian.
Kemudian bertengkarlah untuk mempersoalkan diri orang tadi malaikat kerahmatan dan malaikat siksaan - yakni yang bertugas memberikan kerahmatan dan bertugas memberikan siksa, malaikat kerahmatan berkata: "Orang ini telah datang untuk bertaubat sambil menghadapkan hatinya kepada Allah Ta'ala." Malaikat siksaan berkata: "Bahawasanya orang ini sama sekali belum pernah melakukan kebaikan sedikit pun."
Selanjutnya ada seorang malaikat yang mendatangi mereka dalam bentuk seorang manusia, lalu ia dijadikan sebagai pemisah antara malaikat-malaikat yang berselisih tadi, yakni dijadikan hakim pemutusnya - untuk menetapkan mana yang benar. Ia berkata: "Ukurlah olehmu semua antara dua tempat di bumi itu, ke mana ia lebih dekat letaknya, maka orang ini adalah untuknya - maksudnya jikalau lebih dekat ke arah bumi yang dituju untuk melaksanakan taubatnya, maka ia adalah milik malaikat kerahmatan dan jikalau lebih dekat dengan bumi asalnya maka ia adalah milik malaikat siksaan." Malaikat-malaikat itu mengukur, kemudian didapatinya bahawa orang tersebut adalah lebih dekat kepada bumi yang dikehendaki -yakni yang dituju untuk melaksanakan taubatnya. Oleh sebab itu maka ia dijemputlah oleh malaikat kerahmatan." (Muttafaq 'alaih)
7.Dari Abdullah bin Ka'ab bin Malik dan ia - yakni Abdullah -adalah pembimbing Ka'ab r.a. dari golongan anak-anaknya ketika Ka'ab - yakni ayahnya itu - sudah buta matanya, katanya: "Saya mendengar Ka'ab bin Malik r.a. menceriterakan perihal peristiwanya sendiri ketika membelakang - ertinya tidak mengikuti - Rasulullah s.a.w. dalam peperangan Tabuk."
Ka'ab berkata: "Saya tidak pernah membelakang - tidak mengikuti - Rasulullah s.a.w. dalam suatu peperangan pun kecuali dalam peperangan Tabuk. Hanya saja saya juga pernah tidak mengikuti dalam peperangan Badar, tetapi beliau s.a.w. tidak mengolok- olokkan seseorangpun yang tidak mengikutinya itu - yakni Badar. Hanyasanya Rasulullah s.a.w. keluar bersama kaum Muslimin menghendaki kafilahnya kaum Quraisy, sehingga Allah Ta'ala mengumpulkan antara mereka itu dengan musuhnya dalam waktu yang tidak tertentukan. Saya juga ikut menyaksikan bersama Rasulullah s.a.w. di malam 'aqabah di waktu kita berjanji saling memperkukuhkan Islam dan saya tidak senang andaikata tidak mengikuti malam 'aqabah itu sekalipun umpamanya saya ikut menyaksikan peperangan Badar dan sekalipun pula bahawa peperangan Badar itu lebih termasyhur sebutannya di kalangan para manusia daripada malam 'aqabah tadi. Perihal keadaanku ketika saya tidak mengikuti Rasulullah s.a.w. dalam peperangan Tabuk ialah bahawa saya sama-sekali tidak lebih kuat dan tidak pula lebih ringan dalam perasaanku sewaktu saya tidak mengikuti peperangan tersebut. Demi Allah saya belum pernah mengumpulkan dua buah kenderaan sebelum adanya peperangan Tabuk itu, sedang untuk peperangan ini saya dapat mengumpulkan keduanya. Tidak pula Rasulullah s.a.w. itu menghendaki suatu peperangan, melainkan tentu beliau berniat pula dengan peperangan yang berikutnya sehingga sampai terjadinya peperangan Tabuk. Rasulullah s.a.w. berangkat dalam peperangan Tabuk itu dalam keadaan panas yang sangat dan menghadapi suatu perjalanan yang jauh lagi harus menempuh daerah yang sukar memperolehi air dan tentulah pula akan menghadapi musuh yang jumlahnya amat besar sekali. Beliau s.a.w. kemudian menghuraikan maksudnya itu kepada seluruh kaum Muslimin dan menjelaskan persoalan mereka, supaya mereka dapat bersiap untuk menyediakan perbekalan peperangan mereka. Beliau s.a.w. memberitahukan pada mereka dengan tujuan yang dikehendaki. Kaum Muslimin yang menyertai Rasulullah s.a.w. itu banyak sekali, tetapi mereka itu tidak terdaftarkan dalam sebuah buku yang terpelihara." Yang dimaksud oleh Ka'ab ialah adanya buku catatan yang berisi daftar mereka itu.
Ka'ab berkata: "Maka sedikit sekali orang yang ingin untuk tidak menyertai peperangan tadi, melainkan ia juga menyangka bahawa dirinya akan tersamarkan, selama tidak ada wahyu yang turun dari Allah Ta'ala - maksudnya kerana banyaknya orang yang mengikuti, maka orang yang berniat tidak mengikuti tentu tidak akan diketahui oleh siapapun sebab catatannya pun tidak ada.
Rasulullah s.a.w. berangkat dalam peperangan Tabuk itu di kala buah-buahan sedang enak-enaknya dan naungan-naungan di bawahnya sedang nyaman-nyamannya. Saya amat senang sekali pada buah-buahan serta naungan itu. Rasulullah s.a.w. bersiap-siap dan sekalian kaum Muslimin juga demikian. Saya mulai pergi untuk ikut bersiap-siap pula dengan beliau, tetapi saya lalu mundur lagi dan tidak ada sesuatu urusan pun yang saya selesaikan, hanya dalam hati saya berkata bahawa saya dapat sewaktu-waktu berangkat jikalau saya menginginkan. Hal yang sedemikian itu selalu saja menghulur-hulurkan waktu persiapanku, sehingga orang-orang giat sekali untuk mengadakan perbekalan mereka, sedangkan saya sendiri belum ada persiapan sedikitpun. Kemudian saya pergi lagi lalu kembali pula dan tidak pula ada sesuatu urusan yang dapat saya selesaikan. Keadaan sedemikian ini terus-menerus menyebabkan saya menghulur-hulurkan waktu keberangkatanku, sehingga orang-orang banyak telah bergegas-gegas dan majulah mereka yang hendak mengikuti peperangan itu. Saya bermaksud akan berangkat kemudian dan selanjutnya tentu dapat menyusul mereka yang berangkat terlebih dulu. Alangkah baiknya sekiranya maksud itu saya laksanakan, tetapi kiranya yang sedemikian tadi tidak ditakdirkan untuk dapat saya kerjakan. Dengan begitu maka setiap saya keluar bertemu dengan orang-orang banyak setelah berangkatnya Rasulullah s.a.w. itu, keadaan sekelilingku itu selalu menyedihkan hatiku, kerana saya mengetahui bahawa diriku itu hanyalah sebagai suatu tuntunan yang dapat dituduh melakukan kemunafikan atau hanya sebagai seseorang yang dianggap beruzur oleh Allah Ta'ala kerana termasuk golongan kaum yang lemah - tidak kuasa mengikuti peperangan.
Rasulullah s.a.w. kiranya tidak mengingat akan diriku sehingga beliau datang di Tabuk, maka sewaktu beliau duduk di kalangan kaumnya di Tabuk, tiba-tiba bertanya: "Apa yang dilakukan oleh Ka'ab bin Malik?" Seorang dari golongan Bani Salimah menjawab: "Ya Rasulullah, ia ditahan oleh pakaian indahnya dan oleh keadaan sekelilingnya yang permai pandangannya." Kemudian Mu'az bin Jabal r.a. berkata: "Buruk sekali yang kau katakan itu. Demi Allah ya Rasulullah, kita tidak pernah melihat keadaan Ka'ab itu kecuali yang baik-baik saja." Rasulullah s.a.w. berdiam diri. Ketika beliau s.a.w. dalam keadaan seperti itu lalu melihat ada seorang yang mengenakan pakaian serba putih yang digerak-gerakkan oleh fatamorgana - sesuatu yang nampak semacam air dalam keadaan yang panas terik di padang pasir - Rasulullah s.a.w. bersabda: "Engkaukah Abu Khaitsamah? "Memang orang itu adalah Abu Khaitsamah al-Anshari dan ia adalah yang pernah bersedekah dengan sesha' kurma ketika dicaci oleh kaum munafikin.
Ka'ab berkata selanjutnya: "Setelah ada berita yang sampai di telingaku bahawa Rasulullah s.a.w. telah menuju kembali dengan kafilahnya dari Tabuk, maka datanglah kesedihanku lalu saya mulai mengingat-ingat bagaimana sekiranya saya berdusta - untuk mengada-adakan alasan tidak mengikuti peperangan. Saya berkata pada diriku, bagaimana caranya supaya dapat terkeluar - terhindar dari kemurkaannya esok sekiranya beliau telah tiba. Saya pun meminta bantuan untuk menemukan jalan keluar dari kesulitan ini dengan setiap orang yang banyak mempunyai pendapat dari golongan keluargaku. Setelah diberitahukan bahawa Rasulullah s.a.w. telah tiba maka lenyaplah kebathilan dari jiwaku - yakni keinginan akan berdusta itu - sehingga saya mengetahui bahawa saya tidak dapat menyelamatkan diriku dari kemurkaannya itu dengan sesuatu apapun untuk selama- lamanya. Oleh sebab itu saya menyatukan pendapat hendak mengatakan secara sebenarnya belaka.
Rasulullah s.a.w. itu apabila datang dari perjalanan, tentu memulai dengan memasuki masjid, kemudian bersembahyang dua rakaat, kemudian duduk di hadapan orang banyak. Setelah beliau melakukan yang sedemikian itu, maka datanglah padanya orang-orang yang membelakang - tidak mengikuti peperangan - untuk mengemukakan alasan mereka dan mereka pun bersumpah dalam mengemukakan alasan-alasannya itu. Jumlah yang tidak mengikuti itu ada lapan puluh lebih - tiga sampai sembilan. Beliau s.a.w. menerima alasan-alasan yang mereka kemukakan secara terus terang itu, juga membai'at - meminta janji setia - mereka serta memohonkan pengampunan untuk mereka pula, sedang apa yang tersimpan dalam hati mereka bulat-bulat diserahkan kepada Allah Ta'ala. Demikianlah sehingga saya pun datanglah menghadap beliau s.a.w. itu. Setelah saya mengucapkan salam padanya, beliau tersenyum bagaikan senyumnya orang yang murka, kemudian bersabda: "Kemarilah!" Saya mendatanginya sambil berjalan sehingga saya duduk di hadapannya, kemudian beliau s.a.w. bertanya padaku: "Apakah yang menyebabkan engkau tertinggal bukankah engkau telah membeli unta untuk kenderaanmu?"
Ka'ab berkata: "Saya lalu menjawab: Ya Rasulullah, sesungguhnya saya, demi Allah, andaikata saya duduk di sisi selain Tuan dari golongan ahli dunia, nescayalah saya berpendapat bahawa saya akan dapat keluar dari kemurkaannya dengan mengemukakan suatu alasan. Sebenarnya saya telah dikurniai kepandaian dalam bercakap-cakap. Tetapi saya ini, demi Allah, pasti dapat mengerti bahawa andai kata saya memberitahukan kepada Tuan dengan suatu ceritera bohong pada hari ini yang Tuan akan merasa rela dengan ucapanku itu, namun sesungguhnya Allah hampir-hampir akan memurkai Tuan kerana perbuatanku itu. Sebaliknya jikalau saya memberitahukan kepada Tuan dengan ceritera yang sebenarnya yang dengan demikian itu Tuan akan murka atas diriku dalam hal ini, sesungguhnya saya hanyalah menginginkan keakhiran yang baik dari Allah 'Azzawajalla. Demi Allah, saya tidak beruzur sedikitpun - sehingga tidak mengikuti peperangan itu. Demi Allah, sama sekali saya belum merasakan bahawa saya lebih kuat dan lebih ringan untuk mengikutinya itu, yakni di waktu saya membelakang daripada Tuan -sehingga jadi tidak ikut berangkat."
Ka'ab berkata: "Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: Tentang orang ini, maka pembicaraannya memang benar - tidak berdusta. Oleh sebab itu bolehlah engkau berdiri sehingga Allah akan memberikan keputusannya tentang dirimu."
Ada beberapa orang dari golongan Bani Salimah yang berjalan mengikuti jejakku, mereka berkata: "Demi Allah, kita tidak menganggap bahawa engkau telah pernah bersalah dengan melakukan sesuatu dosapun sebelum saat ini. Engkau agaknya tidak kuasa, mengapa engkau tidak mengemukakan keuzuranmu saja kepada Rasulullah s.a.w. sebagaimana keuzuran yang dikemukakan oleh orang-orang yang tertinggal yang lain- lain. Sebenarnya bukankah telah mencukupi untuk menghilangkan dosamu itu jikalau Rasulullah s.a.w. suka memohonkan mengampunan kepada Allah untukmu.
Ka'ab berkata: "Demi Allah, tidak henti-hentinya orang-orang itu mengolok-olokkan diriku - kerana menggunakan cara yang dilakukan sebagaimana di atas yang telah terjadi itu - sehingga saya sekali hendak kembali saja kepada Rasulullah s.a.w. – untuk mengikuti cara orang-orang Bani Salimah itu, agar saya mendustakan diriku sendiri. Kemudian saya berkata kepada orang-orang itu: "Apakah ada orang lain yang menemui peristiwa sebagaimana hal yang saya temui itu?" Orang-orang itu menjawab: "Ya, ada dua orang yang menemui keadaan seperti itu. Keduanya berkata sebagaimana yang engkau katakan lalu terhadap keduanya itupun diucapkan - oleh Rasulullah s.a.w. - sebagaimana kata-kata yang diucapkan padamu."
Ka'ab berkata: "Siapakah kedua orang itu?" Orang-orang menjawab: "Mereka itu ialah Murarah bin Rabi'ah al-'Amiri dan Hilal bin Umayyah al-Waqifi."
Ka'ab berkata: "Orang-orang itu menyebut-nyebutkan di mukaku bahawa kedua orang itu adalah orang-orang shahih dan juga benar-benar ikut menyaksikan peperangan Badar dan keduanya dapat dijadikan sebagai contoh - dalam keberanian dan lain-lain."
Ka'ab berkata: "Saya pun lalu terus pergi di kala mereka telah selesai menyebut- nyebutkan tentang kedua orang tersebut di atas di mukaku.
Rasulullah s.a.w. melarang kita - kaum Muslimin - untuk bercakap-cakap dengan ketiga orang di antara orang-orang yang sama membelakang - tidak mengikuti perjalanan - beliau itu."
Ka'ab berkata: "Orang-orang sama menjauhi kita," dalam riwayat lain ia berkata: "Orang- orang sama berubah sikap terhadap kita bertiga, sehingga dalam jiwaku seolah-olah bumi ini tidak mengenal lagi akan diriku, maka seolah-olah bumi ini adalah bukan bumi yang saya kenal sebelumnya. Kita bertiga berhal demikian itu selama lima puluh malam - dengan harinya. Adapun dua kawan saya, maka keduanya itu menetap saja dan selalu duduk-duduk di rumahnya sambil menangis. Tentang saya sendiri, maka saya adalah yang termuda di kalangan kita bertiga dan lebih tahan - mendapatkan ujian. Oleh sebab itu saya pun keluar serta menyaksikan shalat jamaah bersama kaum Muslimin lain-lain dan juga suka berkeliling di pasar-pasar, tetapi tidak seorang pun yang mengajak bicara padaku. Saya pernah mendatangi Rasulullah s.a.w. dan mengucapkan salam padanya dan beliau ada di majlisnya sehabis shalat, kemudian saya berkata dalam hatiku, apakah beliau menggerakkan kedua bibirnya untuk menjawab salamku itu ataukah tidak. Selanjutnya saya bersembahyang dekat sekali pada tempatnya itu dan saya mengamat- amatinya dengan pandanganku. Jikalau saya mulai mengerjakan shalat, beliau melihat padaku, tetapi jikalau saya menoleh padanya, beliaupun lalu memalingkan mukanya dari pandanganku.
Demikian halnya, sehingga setelah terasa amat lama sekali penyeteruan kaum Muslimin itu terhadap diriku, lalu saya berjalan sehingga saya menaiki dinding muka dari rumah Abu Qatadah. Ia adalah anak pamanku - jadi sepupunya - dan ia adalah orang yang tercinta bagiku di antara semua orang. Saya memberikan salam padanya, tetapi demi Allah, ia tidak menjawab salamku itu. Kemudian saya berkata kepadanya: "Hai Abu Qatadah, saya hendak bertanya padamu kerana Allah, apakah engkau mengetahui bahawa saya ini mencintai Allah dan RasulNya s.a.w.?" Ia diam saja, lalu saya ulangi lagi dan bertanya sekali iagi padanya, ia pun masih diam saja. Akhirnya saya ulangi lagi dan saya menanyakannya sekali lagi, lalu ia berkata: "Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui tentang itu." Oleh sebab jawabnya ini, maka mengalirlah air mataku dan saya meninggalkannya sehingga saya menaiki dinding rumah tadi.
Di kala saya berjalan di pasar kota, tiba-tiba ada seorang petani dari golongan petani negeri Syam (Palestina), iaitu dari golongan orang-orang yang datang dengan membawa makanan yang hendak dijualnya di Madinah, lalu orang itu berkata: "Siapakah yang suka menunjukkan, manakah yang bernama Ka'ab bin Malik." Orang-orang lain sama menunjukkannya ke arahku, sehingga orang itu pun mendatangi tempatku, kemudian menyerahkan sepucuk surat dari raja Ghassan - yang beragama Kristian. Saya memang orang yang dapat menulis, maka surat itupun saya baca, tiba-tiba isinya adalah sebagai berikut:
"Amma ba'd. Sebenarnya telah sampai berita pada kami bahawa sahabatmu - yakni Muhammad s.a.w. - telah menyeterumu. Allah tidaklah menjadikan engkau untuk menjadi orang hina di dunia ataupun orang yang dihilangkan hak-haknya. Maka dari itu susullah kami - maksudnya datanglah di tempat kami - maka kami akan menggembirakan hatimu."
Kemudian saya berkata setelah selesai membacanya itu: "Ah, inipun juga termasuk bencana pula," lalu saya menuju ke dapur dengan membawa surat tadi kemudian saya membakarnya. Selanjutnya setelah lepas waktu selama empat puluh hari dari jumlah lima puluh hari, sedang waktu agak terlambat datangnya tiba-tiba datanglah di tempatku seorang utusan dari Rasulullah s.a.w., terus berkata: "Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. memerintahkan pada mu supaya engkau menyendirikan isterimu." Saya bertanya: "Apakah saya harus menceraikannya ataukah apa yang harus saya lakukan?" Ia berkata: "Tidak usah menceraikan, tetapi menyendirilah daripadanya, jadi jangan sekali-kali engkau mendekatinya." Rasulullah s.a.w. juga mengirimkan utusan kepada kedua sahabat saya - yang senasib di atas - sebagaimana yang dikirimkannya padaku. Oleh sebab itu lalu saya berkata pada isteriku: "Susullah dulu keluargamu - maksudnya pergilah ke tempat kedua orang tuamu. Beradalah di sisi mereka sehingga Allah akan menentukan bagaimana kelanjutan peristiwa ini."
Isteri Hilal bin Umayyah mendatangi Rasulullah s.a.w., lalu berkata pada beliau: "Ya Rasulullah, sesungguhnya Hilal bin Umayyah itu seorang yang amat tua dan hanya sebatang kara, tidak mempunyai pelayan juga. Apakah Tuan juga tidak senang andaikata saya tetap melayaninya?" Beliau s.a.w. menjawab: "Tidak, tetapi jangan sekali-kali ia mendekatimu - jangan berkumpul seketiduran denganmu." Isterinya berkata lagi: "Sesungguhnya Hilal itu demi Allah, sudah tidak mempunyai gerak sama sekali pada sesuatu pun dan demi Allah, ia senantiasa menangis sejak terjadinya peristiwa itu sampai pada hari ini."
Sebahagian keluargaku berkata padaku: "Alangkah baiknya sekiranya engkau meminta izin kepada Rasulullah s.a.w. dalam persoalan isterimu itu. Rasulullah s.a.w. juga telah mengizinkan kepada isteri Hilal bin Umayyah untuk tetap melayaninya." Saya berkata: "Saya tidak akan meminta izin untuk isteriku itu kepada Rasulullah s.a.w., saya pun tidak tahu bagaimana nanti yang akan diucapkan oleh Rasulullah s.a.w. sekiranya saya meminta izin pada beliau perihal isteriku itu - yakni supaya boleh tetap melayani diriku? Saya adalah seorang yang masih muda." Saya tetap berkeadaan sebagaimana di atas itu - tanpa isteri -selama sepuluh malam dengan harinya sekali maka telah genaplah jumlahnya menjadi lima puluh hari sejak kaum Muslimin dilarang bercakap-cakap dengan kita.
Selanjutnya saya bersembahyang Subuh pada pagi hari kelima puluh itu di muka rumah dari salah satu rumah keluarga kami. Kemudian di kala saya sedang duduk dalam keadaan yang disebutkan oleh Allah Ta'ala perihal diri kita itu - yakni ketika kami bertiga sedang dikucilkan, jiwa ku terasa amat sempit sedang bumi yang luas terasa amat kecil, tiba-tiba saya mendengar suara teriakan seseorang yang berada di atas gunung Sala' - sebuah gunung di Madinah, ia berkata dengan suaranya yang amat keras: "Hai Ka'ab bin Malik, bergembiralah." Segera setelah mendengar itu, saya pun bersujud - syukur - dan saya meyakinkan bahawa telah ada kelapangan yang datang untukku. Rasulullah s.a.w. telah memberitahukan pada orang-orang banyak bahawa taubat kita bertiga telah diterima oleh Allah 'Azzawajalla, iaitu di waktu beliau bersembahyang Subuh. Maka orang-orang pun menyampaikan berita gembira itu pada kita dan ada pula pembawa-pembawa kegembiraan itu yang mendatangi kedua sahabatku - yang senasib. Ada seorang yang dengan cepat-cepat melarikan kudanya serta bergegas-gegas menuju ke tempatku dari golongan Aslam - namanya Hamzah bin Umar al-Aslami. Ia menaiki gunung dan suaranya itu kiranya lebih cepat terdengar olehku daripada datangnya kuda itu sendiri. Setelah dia datang padaku yakni orang yang ku dengar suaranya tadi, ia pun memberikan berita gembira padaku, kemudian saya melepaskan kedua bajuku dan saya berikan kepadanya untuk dipakai, sebagai hadiah dari berita gembira yang disampaikannya itu. Demi Allah, saya tidak mempunyai pakaian selain keduanya tadi pada hari itu. Maka saya pun meminjam dua buah baju - dari orang lain - dan saya kenakan lalu berangkat menuju ke tempat Rasulullah s.a.w. Orang-orang sama menyambut kedatanganku itu sekelompok demi sekelompok menyatakan ikut gembira padaku sebab taubatku yang telah diterima. Mereka berkata: "Semogagembiralah hatimu kerana Allah telah menerima taubatmu itu." Demikian akhirnya saya memasuki masjid, di situ Rasulullah s.a.w. sedang duduk dan di sekelilingnya ada beberapa orang. Thalhah bin Ubaidullah r.a. lalu berdiri cepat-cepat kemudian menjabat tanganku dan menyatakan ikut gembira atas diriku. Demi Allah tidak ada seorang pun dari golongan kaum Muhajirin yang berdiri selain Thalhah itu. Oleh sebab itu Ka'ab tidak akan melupakan peristiwa itu untuk Thalhah.
Ka'ab berkata: "Ketika saya mengucapkan salam kepada Rasulullah s.a.w. beliau tampak berseri-seri wajahnya kerana gembiranya lalu bersabda: "Bergembiralah dengan datangnya suatu hari baik yang pernah engkau alami sejak engkau dilahirkan oleh ibumu. "Saya bertanya: "Apakah itu datangnya dari sisi Tuan sendiri ya Rasulullah, atau kah dari sisi Allah?" Beliau s.a.w. menjawab: "Tidak dari aku sendiri, tetapi memang dari Allah 'Azzawajalla". Rasulullah s.a.w. itu apabila gembira hatinya, maka wajahnya pun bersinar indah, seolah-olah wajahnya itu adalah sepenuh bulan, kita semua mengetahui hal itu.
Setelah saya duduk di hadapannya, saya lalu berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya untuk menyatakan taubatku itu ialah saya hendak melepaskan sebahagian hartaku sebagai sedekah kepada Allah dan RasulNya." Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tahanlah untukmu sendiri sebahagian dari harta-hartamu itu, sebab yang sedemikian itu adalah lebih baik." Saya menjawab: "Sebenarnya saya telah menahan bahagianku yang ada di tanah Khaibar." Selanjutnya saya meneruskan: "Ya Rasulullah, sesungguhnya Allah telah menyelamatkan diriku dengan jalan berkata benar, maka sebagai tanda taubatku pula ialah bahawa saya tidak akan berkata kecuali yang sebenarnya saja selama kehidupanku yang masih tertinggal." Demi Allah, belum pernah saya melihat seseorang pun dari kalangan kaum Muslimin yang diberi cubaan oleh Allah Ta'ala dengan sebab kebenaran kata-kata yang diucapkan, sejak saya menyebutkan hal itu kepada Rasulullah s.a.w. yang jadinya lebih baik dari yang telah dicubakan oleh Allah Ta'ala pada diriku sendiri. Demi Allah, saya tidak bermaksud akan berdusta sedikitpun sejak saya mengatakan itu kepada Rasulullah s.a.w. sampai pada hariku ini dan sesungguhnya saya pun mengharapkan agar Allah Ta'ala senantiasa melindungi diriku dari kedustaan itu dalam kehidupan yang masih tertinggal untukku."
Ka'ab berkata; "Kemudian Allah Ta'ala menurunkan wahyu yang ertinya:
"Sesungguhnya Allah telah menerima taubatnya Nabi, kaum Muhajirin dan Anshar yang mengikutinya - ikut berperang – dalam masa kesulitan - sampai di firmanNya yang bererti [6] ; Sesungguhnya Allah itu adalah Maha Penyantun lagi Penyayang kepada mereka.
Juga Allah telah menerima taubat tiga orang yang ditinggalkan di belakang, sehingga terasa sempitlah bagi mereka bumi yang terbentang luas ini - sampai di firmanNya yang bererti - Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah engkau semua bersama orang-orang yang benar." (at-Taubah: 117-119)
Ka'ab berkata: "Demi Allah, belum pernah Allah mengurniakan kenikmatan padaku sama sekali setelah saya memperolehi petunjuk dari Allah untuk memeluk Agama Islam ini, yang kenikmatan itu lebih besar dalam perasaan jiwaku, melebihi perkataan benarku yang saya sampaikan kepada Rasulullah s.a.w., sebab saya tidak mendustainya, sehingga andaikata demikian tentulah saya akan rosak sebagaimana kerosakan yang dialami oleh orang-orang yang berdusta - maksudnya ialah kerosakan agama bagi dirinya, akhlak dan lain-lain. Sesungguhnya Allah Ta'ala telah berfirman kepada orang-orang yang berdusta ketika diturunkannya wahyu, iaitu suatu kata-kata terburuk yang pernah diucapkan kepada seseorang. Allah Ta'ala berfirman yang ertinya:
"Mereka akan bersumpah kepadamu dengan nama Allah, ketika engkau kembali kepada mereka, supaya engkau dapat membiarkan mereka. Sebab itu berpalinglah dari mereka itu, sesungguhnya mereka itu kotor dan tempatnya adalah neraka Jahanam, sebagai pembalasan dari apa yang mereka lakukan.
Mereka bersumpah kepadamu supaya engkau merasa senang kepada mereka, tetapi biarpun engkau merasa senang kepada mereka, namun Allah tidak senang kepada kaum yang fasik itu." (at-Taubah: 95-96)
Ka'ab berkata: "Kita semua bertiga ditinggalkan, sehingga tidak termasuk dalam urusan golongan orang-orang yang diterima oleh Rasulullah s.a.w. perihal alasan-alasan mereka itu, iaitu ketika mereka juga bersumpah padanya, lalu memberikan janji-janji kepada mereka supaya setia dan memohonkan pengampunan untuk mereka pula. Rasulullah s.a.w. telah mengakhirkan urusan kita bertiga itu sehingga Allah memberikan keputusan dalam peristiwa tersebut." Allah Ta'ala berfirman: "Dan juga kepada tiga orang yang ditinggalkan."
Bukannya yang disebutkan di situ iaitu dengan firmanNya "Tiga orang yang ditinggalkan dimaksudkan kita membelakang dari peperangan, tetapi Rasulullah s.a.w. yang meninggalkan kita bertiga tadi dan menunda urusan kita, dengan tujuan untuk memisahkan dari orang-orang yang bersumpah dan mengemukakan alasan-alasan padanya, kemudian menyampaikan masing-masing keuzurannya dan selanjutnya beliau s.a.w., menerima alasan-alasan mereka tersebut." (Muttafaq 'alaih)